Negara selalu menjaga hak-hak warganya, seperti; keamanan, keadilan,
kemajuan, serta menjamin hak berpendidikan. Negara yang tahu arti
kemajuan akan sangat mendukung warganya untuk selalu berkecimpung dalam
dunia pendidikan. Bahkan mereka menggratiskan (memurahkan) biaya
pendidikan untuk pembangunan generasi yang mapan.
Negara Islam di masa kejayaannya, sangat memperhatikan pendidikan,
bahkan digratiskan untuk umat. Sehingga ilmu dari pemikir-pemikir Arab
masih bisa dirasakan hingga sekarang ini. Hanya bermodalkan menjalankan
amanah agama untuk terus menciptakan generasi yang kuat.
Jepang juga bisa membangun negaranya dari kehancuran dalam waktu
singakat dengan pendidikan. Pemerintah mengirim warganya ke barat atas
biaya negara untuk mempelajari beragam ilmu, yang kemudian mereka mampu
bangkit dari kehancuran pascaperang dunia dua.
Demikian halnya dengan negara-negara barat yang sudah menggratiskan
pendidikan untuk rakyatnya, sehingga dapat kita maklumi kemajuan yang
sudah mereka petik sekarang ini. Itulah pentingnya pendidikan untuk
kehidupan.
Namun sangat aneh dengan negara kita, Indonesia. Kalau kita lihat dan
survey, sungguh Indonesia itu bukanlah negara yang miskin, tapi negara
yang sangat berkemungkinan kaya. Sayangnya yang terjadi hari ini malah
sebaliknya, rakyat Indonesia seperti ayam yang kelaparan di lumbung
padi. Kenapa ini bisa terjadi?
Jangan heran dengan hal yang terjadi hari ini. Itulah nasib negara
yang tidak melihat pendidikan sebagai pilar utama dalam pembangunan.
Buktinya, sampai hari ini biaya pendidikan di Indonesia masih sangat
mahal, hanya mampu dijalani sebagian warganya yang berekonomi kelas
atas. Sepertinya belum ada niat yang mumpuni dari pemerintah untuk
membangun negara ini. Jangan heran ketika anda melihat Indonesia dalam
kehancuran nantinya.
Kepedulian pemerintah untuk pendidikan sungguh sangat minim, bisa
anda lihat cerita mahasiswa yang dievakuasi dari mesir. Mereka bagaikan
anak tiri yang dipisahkan dari ibunya tanpa kepedulian yang berarti.
Dari cara evakuasi saja sudah bisa terbaca, kalau mahasiswa itu
bagaikan harta yang tak berharga. Bayangkan, evakuasinya terbatas.
Sepertiganya dievakuasi, dua per tiganya ditinggalkan di wilayah
konflik. Andaikan perang besar melanda Mesir ketika reformasi itu,
mungkin mereka yang tidak terevakuasi sudah tidak terlihat di muka bumi
ini. (Negara mengevakuasi warganya waktu itu cuma sebagai simbolis
sepertinya. Memang negara ini tidak menghargai nyawa warganya. Kalau
ditinjau, mungkin bisa dikatakan, tujuan dari evakuasi itu tidak lebih
sekedar untuk dokumentasi dan pemberitaan ke dunia Internasional saja
(tujuan politik saja).
Kembali ke pendidikan, sebagian besar mereka yang menjalankan
pendidikan di Mesir ini atas biaya pribadi. Namun dengan rejeki yang
tidak disangka, kebanyakan mereka yang sudah lama merindukan kampung
halaman bisa terwujud untuk sementara.
Tapi alangkah sayangnya, ketika mereka akan kembali untuk melanjutkan
pendidikannya, malah pemberangkatan untuk baliknya tidak jelas hingga
hari ini. Janjinya akan dikembalikan paling lambat hingga 31 Maret.
Padahal ujian di universitasnya, ada yang akan di mulai dari tanggal 2
juni 2011. Inilah bukti tidak adanya kepedulian pemerintah untuk
memajukan negara dari keterbelakangan. Pemerintah tidak serius
memperhatikan pendidikan generasi masa depannya. Seolah-olah pejabat
pemerintah lagi disibukkan dengan aktivitas pribadi.
Apakah tidak ada solusi dari ribuan pejabat di tanah air untuk
memikirkan rakyatnya dalam mengarungi pendidikan? Apakah pemerintah
memang mengabaikan kepeduliannya untuk mahasiswa bidang agama, yang
menurutnya tidak ada bernilai bagi pembangunan Indonesia!? Padahal
kehancuran Indonesia juga dikarenakan kurangnya modal agama dari
bangsanya, sehinga lahir koruptor di seantaro nusantara, lahir
kriminalis-kriminalis yang tidak punya etika lagi. Bukankan mereka yang
akan kembali dari Mesir yang akan membantu Indonesia membasmi krisis
ini? Tapi kenapa mereka masih diabaikan!? Apakah Indonesia hanya akan
mendukung liberalis-sosialis saja di tanah air?
0 comments:
Post a Comment